Rabu, 08 Juni 2011

Asuhan Keperawatan Mastoiditis

Asuhan Keperawatan Mastoiditis
A. Pengertian
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah.
Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga tengah ke dalam pneumatic system selulae mastoid melalui antrum mastoid.(www.google.co.id)
Infeksi akut dan kronik yang mengenai mukosa dan sel – sel mastoid, yang merupakan kelanjutan dari proses Otitis media akut supuratif yang tidak teratasi.
(http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/155_08PolaSebaranKumanUjiKepekaan.pdf/155_08PolaSebaranKumanUjiKepekaan.html)

            Mastoiditis merupakan keradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari Otitis Media Kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel-sel mastoid udara (mastoid air cells) yang melekat ditulang temporal. Mastoiditis adalah penyakit sekunder dari otitis media yang tidak dirawat atau perawatannya tidak adekuat.
B. Etiologi
Etiologi dari mastoiditis adalah disebabkan oleh Staphylococcus aureus
C. Manifestasi Klinis
Menurut H. Nurbaiti Iskandar (1997), manifestasi klinis dari mastoiditis adalah :

1. Febris/subfebris
2. Nyeri pada telinga
3. Hilangnya sensasi pendengaran
4. Bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga               yang lainnya)
5. Kemerahan pada kompleks mastoid
6. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lender.
D. Patofisiologi
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah. streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya penyakit.

           Menurut Iskandar, H. Nurbaiti,dkk, (1997), patofisiologi dari mastoiditis adalah:
Keradangan pada mukosa kavum timpani pada otitis media supuratif akut dapat menjalar ke mukosa antrum mastroid. Bila terjadi gangguan pengaliran sekret melalui aditus ad antrum dan epitimpanum menimbulkan penumpukan sekret di antrum sehingga terjadi empiema dan menyebabkan kerusakan pada sel – sel mastoid.
E. Komplikasi
Menurut H. Nurbaiti Iskandar. (1997), komplikasi dari mastoiditis adalah :

1. Abses retro aurikula
2. Paresis/paralisis syaraf fasialis
3. Labirintitis
4. Komplikasi intra kranial: meningitis, abses extra dural, abses otak.

Komplikasi dari mastoiditis adalah :

1. Posterior ekstensi ke sigmoid sinus, yang menyebabkan trombosa
2. Berhubung dgn kuduk perpanjangan ke tulang, yang membuat sebuah osteomyelitis dari calvaria atau         Citelli abscess
3. Unggul ekstensi ke belakang berhubung dgn tengkorak lekuk, ruang subdural, dan meninges
4. Anterior ekstensi ke akar zygomatic
5. Lateral extension to form subperiosteal abscess
6. Inferior ekstensi untuk membentuk sebuah Bezold abscess
7. Di tengah-tengah perpanjangan ke puncak kaku
8. Intratemporal keterlibatan saraf wajah dan / atau labirin
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adari mastoditis  adalah :
1. Laboratorium
A.Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy cairan, bila diperoleh,    harus     dikirim untuk budaya untuk kedua bakteri aerobik dan anaerobic, Gram staining, dan asam-cepat staining
Jika selaput  anak telinga yang sudah berlubang, kanal eksternal dapat dibersihkan, dan contoh yang segar drainase cairan diambil. Perawatan harus  diambil untuk mendapatkan cairan dari telinga dan bukan eksternal kanal.
Budaya dan kelemahan dari pengujian isolates dapat membantu memodifikasi terapi antibiotik empiris awal. Hasil benar budaya dikumpulkan untuk kedua aerobik dan anaerobic bakteri panduan yang pasti harus pilihan terapi.  Gram noda yang dapat contoh awalnya panduan  empiris antimicrobial therapy.


B. Darah budaya harus diperoleh.
C. Dasar yang CBC count dan sedimentasi menilai ditentukan kemudian untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi.
D. Memperoleh cairan tulang belakang untuk evaluasi jika intracranial perpanjangan proses diduga.

2. CT Scan dan MRI
Yang sensitif dari CT di mastoiditis akut adalah 87-100%. Anda mungkin terlalu sensitif karena setiap AOM memiliki komponen radang mastoid. Segera CT scan intracranial kapanpun diperlukan adalah perpanjangan atau komplikasi yang dicurigai. Bukti yang digambarkan oleh mastoiditis Tampilan kekaburan atau kerusakan yang mastoid garis besar dan penurunan atau hilangnya ketajaman dari sel udara mastoid bertulang septa. Dalam kasus di mana CT scan menunjukkan kesuraman dari udara sel, yang technetium-99 bone scan adalah membantu dalam mendeteksi osteolytic perubahan.
 Plain radiography yang diandalkan, dan hasil temuan gejala klinis ketinggalan di belakang. Di daerah-daerah di dunia di mana CT scan tidak segera tersedia, plain radiography dari mastoids mengungkapkan clouding udara dari sel-sel dengan kerusakan tulang di ASM. Dalam sebagian besar kasus, radiography mencukupi untuk membuat diagnosis tetapi tidak sensitif dalam differentiating tahapan dari penyakit dan gagal mengungkapkan apex kaku dalam setiap detail besar.
Temuan berikut ini digunakan untuk membedakan AOM dan / atau tanpa osteitis akut mastoiditis kronis dan mastoiditis akut :
1. Clouding atau kekaburan dari sel udara mastoid dan telinga tengah dapat hadir. Hal ini disebabkan      oleh kobaran pembengkakan dari mucosa dan dikumpulkan cairan.
2. Hilangnya ketajaman atau visibilitas mastoid dinding sel karena demineralization, atrophia, atau kebekuan dari bertulang septa
3. Kekaburan mastoid atau distorsi dari garis besar, mungkin dengan cacat terlihat dari tegmen atau mastoid bozonty
4. Peningkatan bidang formasi abscess
5. Ketinggian dari periosteum dari proses mastoid atau lekuk bokong berhubung dgn tengkorak
6. Osteoblastic aktivitas di mastoiditis kronis
7. MRI lebih sering digunakan pada pasien dengan gejala klinis atau CT temuan yang bernada intracranial komplikasi. Namun, MRI tidak secara rutin digunakan untuk mengevaluasi mastoid.
8. MRI adalah standard untuk evaluasi menyebelah lunak jaringan, khususnya struktur intracranial, untuk mendeteksi dan ekstra-aksial cairan koleksi dan vascular yang terkait masalah.
9. MRI adalah membantu dalam perencanaan bedah perawatan efektif.

G. Penatalaksanaan

Menurut Iskandar, H. Nurbaiti,dkk. (1997), penatalaksanaan medis dari mastoiditis adalah :
1. Kolaborasi
Berdasarkan tipenya, penatalaksanaan terapi dapat dibagi sebagai berikut:
Pemeriksaan :
a.  Tipe Tubo Timpani (hipertropi, benigna).
     Perforasi sentral.
      Mukosa  menebal.
      Audiogram; tuli konduktif dengan “air bone gap” sebesar 30  dB.
      X-foto mastoid: sklerotik.

b. Tipe Degeneratif
    Perforasi sentral besar.
    Granulasi/polip pada mukosa cavum  timpani.
    Audiogram: tuli konduktif/campuran dengan penurunan 50-60  dB.
    X-foto mastoid: sklerotik.


c. Tipe Metaplastik (atikoantral maligna)
Perforasi atik/marginal.]
Terdapat Kolesteatom
Destruksi tulang pada margotimpani
Audiogram: tuli konduktif/campuran dengan penurunan 30 atau lebih.
X-foto mastoid: sklerotik.
d. Tipe Campuran (degeneratif metaplastik)
Perporasi marginal besar atau total.
Granulasi dan kolesteatom.
Audiogram : Tuli konduktif/campuran dengan penurunan 60 dB asal lebih.
X-Foto mastoid sklerotik/rongga.
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika tidak ada respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomy radikal/total yang sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-lihkan ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan pendengaran. Seluruh jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain.
3. Perawatan Pre-Operasi
Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijadwalkan untuk menjalani tympanoplasty. Antibiotik tetes diberikan sebelum pembedahan untuk membunuh organisme yang menginfeksi, cairan yang terdiri dari cuka dan air steril dengan perban-dingan yang sama diberikan untuk mengirigasi telinga, yang bertujuan untuk mengembalikan ke pH normal.

Hal-hal yang harus dilakukan klien agar tidak terjadi infeksi pre-operasi seperti:
   1. Menghindari orang-orang yang terinfeksi saluran pernafasan atas.
   2. Beristirahat  yang cukup.
   3.  diet yang seimbang.
   4. Mempertahankan intake cairan yang adekuat.
5. Perawat meyakinkan klien bahwa prosedur yang dilaksanakan bertujuan untuk    memperbaiki        pendengaran, meskipun pada awalnya pendengarannya akan berkurang kare-na adanya balutan di kanal. Perawat menerangkan pentingnya bernafas dalam setelah ope-rasi. Mengenai cara batuk yang benar juga perlu diterangkan dan hindari batuk yang kuat, karena dapat meningkatkan tekanan di telinga tengah.
4. Prosedur Operatif
Pada awalnya tindakan pembedahan dilakukan hanya bila di telinga tengah dan tuba eusthacia bebas dari infeksi. Apabila terjadi infeksi, maka hasil dari tindakan graft/pemindahan kulit kemungkinan besar menjadi infeksi dan tidak sembuh sebagaimana mestinya. Pada pembedahan membran timpani dan ossicles mengharuskan penggunaan mikroskop dan dipertimbangkan sebagai prosedur yang sulit. Anestesi lokal dapat digunakan meskipun yang sering dipilih adalah anestesi general untuk mencegah klien agar tidak cepat sadar.
Ahli bedah dapat memperbaiki membran timpani dengan menggunakan bahan-bahan seperti otot fascia temporal, mengambil bagian yang tebal untuk dilakukan skin graft dan jaringan vena. Apabila ossicles rusak, tindakan yang lebih ekstensif harus diambil untuk memperbaiki atau mengganti tulang yang kecil tersebut. Ahli bedah menjangkau ossicles dengan salah satu dari 3 cara berikut ini:
    1. Pendekatan Transkanal (Transcanal Approach).
   2. Insisi Endaural (Endaural Incision).
3. Mengarahkan Postauricular melalui Mastoidektomi (The Postauricular Route via Mastoidectomy).
Ahli bedah kemudian membuang jaringan penyakit dan membersihkan rongga telinga te-ngah. Tingkat kerusakan ossicles dikaji dengan teliti agar dapat diperbaiki atau diganti jika perlu. Ahli bedah menggunakan kartilago autogenous atau tulang, ossicles pada mayat (cadaver), kawat stainless steel atau komponen polytetrafluoroethylene (teflon) untuk memperbaiki atau mengganti ossicles.
5. Perawatan Post Operasi
Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked Gauze), seperti Iodoform gauze (Nuga-uze), dibalut didalam kanal auditori. Apabila dilakukan insisi postauricular atau endaural, dressing luar ditempatkan diatas tempat operasi. Dressing dijaga/dipertahankan kebersih-an dan kekeringannya. Perawat menggunakan teknik steril ketika mengganti dressing. Klien tetap dalam posisi datar dengan telinga diatas, pertahankan sedikitnya selama 12 jam post operasi. Terapi antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah kekambuhan.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
     1. Identitas Pasien
     2. Riwayat adanya kelainan nyeri
     3. Riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang
     4. Riwayat alergi
     5. OMA berkurang

2. Pengkajian Fisik
      1. Nyeri telinga
      2. Perasaan penuh dan penurunan pendengaran
      3. Suhu Meningkat
      4. Malaise
      5. Nausea Vomiting
      6. Vertigo
      7. Ortore
      8. Pemeriksaan dengan otoskop tentang stadium

3. Pengkajian Psikososial     
    1. Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
    2. Aktifitas terbatas
    3. Takut menghadapi tindakan pembedahan

4. Pemeriksaan Laboratorium

5. Pemeriksaan Diagnostik
    a. Tes Audiometri : pendengaran menurun
    b. X ray : terhadap kondisi patologi
    Misal : Cholesteatoma, kekaburan mastoid

6. Pemeriksaan pendengaran
   a. Tes suara bisikan
   b. Tes garputala\
B. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan persepsi/sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
2. Rasa cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
3. Kerusakan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
4. Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan

C. Intervensi Keperawatan

1. Perubahan persepsi/sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan          di syaraf pendengaran.
Hasil yang diharapkan: Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensori pendengaran sampai pada tingkat fungsional.
No
Intervensi
Rasional
1.
Kaji tanda-tanda awal kehilangan pendengaran.
Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-tek-nik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.

2.
Bersihkan serumen yang tersembunyi dengan cara irigasi.
- Pastikan bahwa klien tidak mengalami perforasi pada membran timpaninya atau tidak mengalami otitis media.
- Hangatkan cairan untuk irigasi sesuai dengan su-hu tubuh
Serumen yang letaknya ter-sembunyi dapat menyebab-kan tuli konduktif sehingga menambah masalah pende-ngaran yang sudah ada.

3.
Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh do-sis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).

Penghentian terapi antibiotik sebelum waktunya dapat me-nyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.

4.
Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe ganggu-an/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.


2. Rasa cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
Hasil yang diharapkan: Klien akan menyatakan bahwa rasa cemas mengenai komu-nikasi yang       terganggu berkurang dan akan lebih pandai dalam menggunkan alternatif teknik komunikasi.

No
Intervensi
Rasional
1.
Demonstrasikan aktifitas yang dapat meningkatkan pemahaman terhadap komunikasi verbal.

Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehi-dupannya sehari-hari disesu-aikan dengan tingkat kete-rampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas & frustasinya.

2.
Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengaran nya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.

Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidakpercaya an klien terhadap perawat.

3.
Kaji kemampuan klien dalam membaca & menulis.
Komunikasi dengan cara menulis dapat efektif dalam mempertahankan kemandirian klien, harga diri serta kontak sosialnya; bagaimanapun komunikasi dengan cara ini tidak nyaman atau tidak me-mungkinkan bagi klien yang minim keterampilan membaca & menulisnya.

4.
Beritahukan/kenalkan pada klien semua alternatif metode komunikasi (seperti bahasa isyarat & membaca bibir) dengan langkah yang tepat untuk masing-masing klien.
Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.
3. Kerusakan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
    Kriteria hasil, Klien akan:
   - Memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
   - Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal: komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara                      dengan jelas pada telinga yang baik.
No
Intervensi
Rasional
1.
Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan & catat pada rencana perawatan metode yang diguna-kan oleh staf dan klien, seperti:
1. Tulisan.
2. Berbicara.
3. Bahasa isyarat.

Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat dise-suaikan dengan kemampuan & keterbatasan klien.
2.
Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.



Memungkinkan komunikasi dua arah antara perawat de-ngan klien dapat berjalan de-ngan baik & klien dapat me-nerima pesan perawat secara tepat.
3.
Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
Pesan yang ingin disampai-kan oleh perawat kepada kli-en dapat diterima dengan ba-ik oleh klien


4. Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan
    Kriteria hasil, Klien akan:
    Klien mengungkapkan bahwa rasa nyeri berkurang
    Klien
- mampu melakukan metode pengalihan suasana

No
Intervensi
Rasional
1.
Ajarkan Klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi yang seperti menarik nafas panjang.
Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi nyeri yang diderita klien.


2.
Kompres dingin di sekitar area telinga


Kompres dingin bertujuan untuk mengurangi nyeri karena rasa nyeri teralihkan oleh rasa dingin disekitar area telinga.

3.
Atur posisi klien
Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa lebih nyaman.

4.
Untuk kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruki, beri sedatif sesuai indikas

Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk mengurangi sensasi nyeri dari dalam.









DAFTAR PUSTAKA

-  Brunner & Suddarth,(2002), Buku ajar keperawatan medikal bedah, Jakarta, EGC

-  Carpenito,(1999), Rencana asuhan & Dokumentasi keperawatan, Jakatra, EGC

-  Corwin.J.E,(2007), Buku saku patofisiologi, Jakarta, EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar