BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang sangat mudah memberikan suatu manifestasi klinis apabila timbul gangguan pada tubuh. Salah satu gangguan tersebut dapat disebabkan oleh reaksi alergi terhadap suatu obat. Erupsi obat alergi itu sendiri ialah reaksi alergi pada kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian obat dengan cara sistemik.
Pemberian dengan cara sistemik di sini berarti obat tersebut masuk melalui mulut, hidung, rectum, vagina dan dengan suntikan atau infus. Sedangkan reaksi alergi yang disebabkan oleh penggunaan obat dengan cara topikal, yaitu obat yang digunakan pada permukaan tubuh mempunyai istilah sendiri yang disebut dermatitis kontak alergi.
Tidak semua obat dapat mengakibatkan reaksi alergi ini. Hanya beberapa golongan obat yang 1% hingga 3% dari seluruh pemakaian akan mengalami erupsi obat alergi atau erupsi obat. Obat-obatan tersebut yaitu : obat anti inflamasi non steroid (OAINS), antibiotik : misalnya penisilin dan derivatnya, sulfonamide dan obat-obat antikonvulsan.
Menurut WHO, sekitar 2% dari seluruh jenis erupsi obat yang timbul tergolong ‘serius’ karena reaksi alergi obat yang timbul tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit bahkan mengakibatkan kematian. Sindrom Steven Johnson (SSJ) dan Nekrolisis Epidermal Toksis (TEN) adalah beberapa bentuk reaksi serius tersebut.
Epidemiologi dari erupsi obat ini belum didapatkan angka yang tepat tetapi berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, studi epidemiologi, uji klinis terapeutik obat dan laporan dari dokter, diperkirakan kejadian alergi obat adalah 2% dari total pemakaian obat-obatan atau sebesar 15-20% dari keseluruhan efek samping pemakaian obat-obatan.
Hasil survey prospektif sistematik yang dilakukan oleh Boston Collaborative Drug Surveillance Program menunjukkan bahwa reaksi kulit yang timbul terhadap pemberian obat adalah sekitar 2,7% dari 48.000 pasien yang dirawat pada bagian penyakit dalam dari tahun 1974 sampai 1993. Sekitar 3% dari seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit ternyata mengalami erupsi kulit setelah mengkonsumsi obat-obatan. Selain itu, data di Amerika Serikat menunjukkan lebih dari 100.000 jiwa meninggal setiap tahunnya disebabkan erupsi obat yang serius.
Untuk itu perlu ditegakkan diagnosa yang tepat dari gangguan ini memberikan manifestasi yang serupa dengan gangguan kulit lain pada umumnya. Identifikasi dan anamnesa yang tepat dari penyebab timbulnya reaksi obat adalah salah satu hal penting untuk memberikan tatalaksana yang cepat dan tepat bagi penderita dengan tujuan membantu meningkatkan prognosis serta menurunkan angka morbiditas.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Sindrom Steven Johnson (SSJ) merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dan ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura (Djuanda, 2000).
Sindrom Steven Johnson adalah suatu kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit, vesikulobulosa, mukosa orifium serta mata disertai gejala umum berat (Harsono, 2006).
Sindrom Steven Johnson adalah suatu bentuk eritema multiforme dengan ulserasi pada membran mukosa dan demam (Christine Brooker, 2001).
Sindrom Steven Johnson merupakan sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel atau bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk (Mansjoer, 2000).
Dapat disimpulkan bahwa Sindrom Steven Johnson merupakan suatu sindrom kelainan yang mengenai kulit, selaput lendir/mukosa dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat dengan kelainan berupa eritema, vesikel, bula dan dapat disertai purpura.
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Gambar 2.1 Struktur Kulit
Kulit merupakan organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam homeostatis (Effendi, 1999).
Kulit mempunyai kulit berupa :
a. Pengatur panas (dengan penguapan, pemancaran, konduksi dan konveksi)
b. Pelindung tubuh dari berbagai trauma, penahan terhadap balutan, virus dan jamur
c. Tempat penyimpanan air dan lemak
d. Indera peraba
e. Alat pengeluaran zat-zat sampah yang terdapat dalam keringat
f. Pembentuk vitamin D dengan bantuan sinar matahari
Kulit mempunyai tiga lapisan, yaitu :
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan kulit terluar yang tersusun atas epithelium dan terdiri dari sejumlah lapisan sel yang disusun atas dua lapisan yang jelas tampak : selapis lapisan tanduk dan selapis zona generalis.
Epidermis mempunyai komponen utama berupa protein keratin, yang dihasilkan oleh sel-sel yang disebut keratinosit. Keratin mencegah hilangnya air tubuh dan melindungi epidermis dari iritasi atau organism penyebab infeksi. Di epidermis juga terdapat sel-sel imun yang disebut sel langerhans. Sel ini mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun.
b. Dermis
Dermis terletak di bawah epidermis yang tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastik.
c. Subkutis
Lapisan subkutis terletak di bawah subkutis yang terdiri dari lapisan lemak dan jaringan ikat dan berfungsi sebagai peredam kejut dan insulator panas. Lapisan subkutis adalah tempat penyimpanan kalori, pengatur suhu tubuh.
2.3 Etilogi
Etiologi pasti Sindrom Steven Johnson (SSJ) belum diketahui, karena penyebabnya berbagai faktor, walaupun pada umumnya sering berkaitan dengan respons imum terhadap obat.
Beberapa faktor penyebab timbulnya SJJ diantaranya :
a. Obat (penisilin dan, streptomisin, sulfanamida, tetrasiklin, antipiretik atau analgetik (misalnya : derivat salisic atau pirazolon, metamizol, metampiron dan parasetamol)
b. Infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit)
c. Makanan
d. Faktor fisik (udara dingin, sinar matahari, sinar X)
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul antara 1 – 14 hari berupa :
C Demam tinggi
C Malaise
C Batuk, pilek
C Sakit menelan
C Nyeri dada
C Nyeri kepala
C Muntah
C Pegal otot
Setelah itu akan timbul lesi di :
C Kulit berupa eritema, papil, vesikel, bula secara simetris pada hamper seluruh tubuh
C Mukosa (mulut, tenggorokan dan genital) berupa vesikel, bula, erosis, ekskoriasi, perdarahan dan krusta berwarna merah
C Mata beruapa konjungtivitis kataralis, blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, kelopak mata edema dan sulit dibuka
2.5 Patoflow
2.6 Komplikasi
C Bronkopneumonia
C Sepsis
C Kehilangan caran atau darah
C Gangguan keseimbangan elektrolit
C Syok
C Kebutaan karena gangguan lakrimasi
2.7 Pemeriksaan
C Pemeriksaan darah tepi
C Pemeriksaan imunologik
C Biakan kuman serta uji resistensi dari darah di tempat lesi
C Pemeriksaan histopatologik biopsi kulit.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama adalah menghentikan obat yang diduga sebagai penyebab Sindrom Steven Johnson.
Selanjutnya perawatan lebih bersifat simtomatik :
a. Antihistamin, dianjurkan untuk mengatasi gejala pruritus/gatal bisa dipakai feniramin hydrogen maleat (avil) dengan dosis untuk usia 1-3 tahun 7,5 mg/dosis, usia 3-12 tahun 15 mg/dosis, diberikan 3 kali/hari. Diphenhidramin hidrokloride (benadril) 1 mg/kg BB tiap kali sampai 3 kali per hari, Setirizin dapat diberikan dosisi untuk usia anak 2-5 tahun 2,5 mg/dosis 1 kali/hari, umur > 6 tahun 5 -10 mg/dosis 1 kali/hari
b. Blister kulit bisa dikompres basah dengan larutan burowi
c. Papula dan macula pada kulit baik untuk diberikan steroid topikal kecuali kulit yang terbuka
d. Pengobatan infeksi kulit dengan antibiotic spectrum luas, misalnya klindamisin 8-16 mg/kg /hari secara intravena diberikan 2 kali/hari
e. Kortikosteroid : dexamethason dengan dosis awal 1 mg/kg BB bolus IV kemudian 0,2-0,5 mg/kg BB Iv tiap 6 jam
f. Intravena immunoglobulin (IVIG), dosis awal 0,5 mg/kg BB pada hari 1, 2, 3, 4 dan 6 masuk rumah sakit
Perawatan konservatif ditujukan untuk :
a. Perawatan lesi kulit yang terbuka, seperti perawatan luka bakar
b. Terapi cairan dan elektrolit. Lesi kulit yang terbuka seringkali disertai pengeluaran cairan disertai elektrolit
c. Kalori dan protein secara parenteral. Lesi pada saluran cerna menyebabkan kesulitan asupan makanan dan minuman
d. Pengendalian nyeri. Penggunaan NSAID berisiko paling tinggi sebaiknya tidak digunakan untuk mengatasi nyeri
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
2.9.1 Pengkajian
1. A (Airway)
Jalan napas, adakah sumbatan jalan napas berupa sputum, lendir atau pun darah yang ditandai oleh kesulitan bernapas atau suara napas yang berbunyi (stridor, hoarness).
2. B (Breathing)
C Klien sesak, batuk, mengi, tidak mampu menelan
C Bunyi napas : gemerik (edema paru), stridor (edema laryngeal) ronkhi (sekret jalan napas dalam)
C Pernapasan menggunakan otot-otot pernapasan
C Menggunakan alat bantu napas (nasal, sungkup)
C Pernapasan cepat lebih dari 20 x/menit
C Irama pernapasan regular/ ireguler
C Saturasi oksigen > 96 %
C Refleks batuk ada
3. C (Circulation)
C Tekanan darah hipotensi
C Takikardia
C Disritmia, detak jantung tidak beraturan
C Edema jaringan
C Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera
C Kulit dingin, pucat
C Akral dingin
C Pengisian kapiler lambat karena adanya penurunan curah jantung
4. Disability
C Penurunan tingkat kesadaran (apatis, somnolen)
C Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
C Gangguan masa otot, perubahan tonus otot
C Tidak mampu melakukan aktivitas sehati-hari secara mandiri
C Perubahan orientasi, perilaku
C Kemampuan bicara klien tidak jelas
C Klien tampak sakit ringan, sedang atau pun berat
Drug
C Antihistamin, dianjurkan untuk mengatasi gejala pruritus/gatal bisa dipakai feniramin hydrogen maleat (avil) dengan dosis untuk usia 1-3 tahun 7,5 mg/dosis, usia 3-12 tahun 15 mg/dosis, diberikan 3 kali/hari. Diphenhidramin hidrokloride (benadril) 1 mg/kg BB tiap kali sampai 3 kali per hari, Setirizin dapat diberikan dosisi untuk usia anak 2-5 tahun 2,5 mg/dosis 1 kali/hari, umur > 6 tahun 5 -10 mg/dosis 1 kali/hari
C Antibiotik spectrum luas, misalnya klindamisin 8-16 mg/kg /hari secara intravena diberikan 2 kali/hari
C Kortikosteroid : dexamethason dengan dosis awal 1 mg/kg BB bolus IV kemudian 0,2-0,5 mg/kg BB Iv tiap 6 jam
C Intravena immunoglobulin (IVIG), dosis awal 0,5 mg/kg BB pada hari 1, 2, 3, 4 dan 6 masuk rumah sakit
5. Explusure
Umumnya klien mengalami :
C Demam tinggi
C Malaise
C Batuk, pilek
C Sakit menelan
C Nyeri dada
C Nyeri kepala
C Muntah
C Pegal otot
Kemudian muncul lesi di :
C Kulit berupa eritema, papil, vesikel, bula secara simetris pada hamper seluruh tubuh
C Mukosa (mulut, tenggorokan dan genital) berupa vesikel, bula, erosis, ekskoriasi, perdarahan dan krusta berwarna merah
C Mata beruapa konjungtivitis kataralis, blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, kelopak mata edema dan sulit dibuka
6. Fluid
C Cairan Ringer Laktat, Natrium Klorida, Dektrose 5%
C Nutrisi 2500 – 3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi
C Haluaran urin menurun, nyeri saat BAK
C Diuresis
7. Good Vital
C Tekanan darah normal (100-139/60-96 mmHg)
C Respirasi Rate (16-20 x/menit)
C Denyut nadi (60-100 x/menit)
C Suhu (36,5-37,4 C)
8. Head to Toe
a. Kepala
Bentuk : Normochepalig
Muka : Simetris
Rambut : Warna : hitam, Distribusi : merata, Kekuatan : tidak mudah dicabut
Nyeri tekan : Tidak ada
b. Mata
Bentuk : Simetris
Kelopak mata : Edema dan sulit dibuka
Konjungtiva : Konjungtivitis kataralis dan purulen
Sklera : Tidak ikterik, putih
Kornea : Ulkus kornea
Pupil : Isokor, diameter 3-6 mm
Reaksi cahaya : Positif
Lapang penglihatan : Penyempitan lapangan penglihatan
Kelaianan mata : Simbleferon, iritis, iridosiklitis
c. Telinga
Bentuk : Simetris
Nyeri tekan : Tidak ada
Liang telinga : Liang telinga lapang, tidak ada serumen
Pendengaran : Tidak mengalami ketulian
d. Hidung
Bentuk : Simetris
Concha : Tidak membesar
Septum : Tidak terdapat deviasi
Selaput lendir : Lesi, ada penyumbatan, perdarahan, ingus
Pembauan : Mengalami penurunan
e. Mulut dan Tenggorokan
Mukosa bibir : Bengkak, kering, warna mukosa merah
Selaput lendir : Stomatitis, afte (vesikel, bula), erosi, perdarahan
Sakit saat menelan : Ada
Gigi : Caries/tidak
Lidah : Terdapat lesi
Tonsil/pharix : Meradang
Ketidakmampuan menelan
f. Leher
Bentuk : Simetris
Pembesaran kelenjar : Tidak ada
Pergerakan leher : Tidak terbatas
Peningkatan JVP : Tidak terlihat
g. Dada
Paru-paru
- Inspeksi
Bentuk dada simetris kanan dan kiri, terdapat sumbatan pada jalan napas, klien tampak sesak, terdengar stridor saat ekspirasi/inspirasi, retraksi dinding dada, penggunaan otot-otot pernapasan, frekuensi pernafasan > 20 x/menit, reflek bentuk ada, pernapasan cepat dan dangkal, klien batuk
- Palpasi
Pembesaran getah bening di supraklavikula ada/tidak, letak trakea di tengah, tidak teraba massa, nyeri tekan.
- Perkusi
Sonor pada kedua lapang paru.
- Auskultasi
Bunyi napas vesikuler, wheezing (+), Ronkhi (+)
Sistem kardiovaskuler
-Inspeksi
Ictus cordis tidak terlihat, edema jaringan
-Palpasi
Ictus cordis tidak teraba, frekuensi HR > 100 x/menit, irama regular/ireguler, akral dingin, kapilar repil > 3 detik
-Perkusi
Pekak pada bagian-bagian batas jantung
- Auskultasi
Tekanan darah hipotensi, irama jantung tidak beraturan, tidak ada bunyi jantung tambahan
Abdomen
- Inspeksi : kembung, datar
- Palpasi : lemas, tidak teraba massa, pembesaran hati dan limpa ada/tidak
- Perkusi : timpani
- Auskultasi: peristaltic menurun/meningkat
h. Genitalia dan Anus
- Penis : normal, hipospadia, fimosis, skrotum dan testis : normal, hernia, hidrokel
- Vagina : warna sekret
- Anus : pelebaran vena ani/tidak
- Mukosa : vesikel, bula, erosi, perdarahan, krusta berwarna merah
i. Ekstremitas
Edema, tremor, rom terbatas, akral dingin
j. Integumen
Warna kulit : pucat, terjadi hiperpigmentasi
Turgor : mengalami penurunan
Luka : Ada, luas luka
Edema jaringan
Kulit lesi berupa eritema, papel, vesikel, bula pada hampir seluruh tubuh
k. Pengkajian Bio-Psiko-Sosial dan Spiritual
1) Psikologis
Sedih, menarik diri, cemas, marah, gelisah, kehilangan pekerjaan
2) Sosial
Keluarga merasa malu, sedih, menarik diri
3) Budaya
Memerlukan bantuan untuk pengobatan
4) Spiritual
Klien tidak bisa melakukan aktivitas ibadah seperti biasanya
2.9.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravaskuler ke dalam rongga interstisial, hilangnya cairan secara evaporasi, rusaknya jaringan kulit akibat luka.
Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan
Kriteria hasil :
- Haluaran urine individu adekuat (0,5-1,0 mg/kg BB/jam)
- Urin jernih dan berwarna kuning
- Membran mukosa lembab
- TD normal (100-139/60-96 mmHg)
- Denyut nadi (60-100 x/menit)
- Kadar elektrolit serum dalam batas normal
No | Intervensi | Rasional |
1 | Kaji dan catat turgor kulit | Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh |
2 | Observasi tanda vital | Untuk memonitot keadaan mum klien |
3 | Manitor dan catat cairan yang masuk dan keluar | Agar keseimbangan cairan tubuh klien terpantau |
4 | Timbang BB klien setiap hari | Penggantian cairan tergantung pada BB klien |
5 | Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin | Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan mencegah komplikasi |
6 | Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb/Ht, natrium urine random) | Mengidentifikasi kehilangan darah/ kerusakan SDM, dan kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit |
2. Infeksi berhubungan dengan hilangnya barier/perlindungan kulit
Tujuan : tidak terjadi infeksi local atau sistemik
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsio lesi)
- Leukosit (5000 - 10000/mm3)
- Kultur luka memperlihatkan jumlah bakteri yang minimal
- Suhu tubuh dalam batas normal (36,5 - 37,4 C)
- RR : 16 – 20 x/menit
- TD : 100-139/60-96 mmHh
- Pols : 60 – 100 x/menit
- Luka mencapai penyembuhan tepat waktu, bebas dari purulen dan tidak demam
No | Intervensi | Rasional |
1 | Monitor tanda-tanda vital | Perubahan tanda vital secara drastis merupakan komplikasi lanjut untuk terjadinya infeksi |
2 | Observasi keadaan luka setiap hari | Untuk mengidentifikasi adanya penyembuhan |
3 | Jaga agar luka tetap bersih atau steril | Menurunkan resiko inspeksi dan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang |
4 | Lakukan perawatan luka setiap hari (kompres luka dengan NaCl) dan bersihkan jaringan nekrotik | Untuk mempercepat penyembuhan |
5 | Berikan perawatan pada mata | Mata dapat membengkak oleh drainase luka |
6 | Tingkatkan asupan nutrsisi | Nutrisi mempengaruhi sintesis protein dan fotositosis |
7 | Batasi pengunjung dan anjurkan pada keluarga/pengunjung untuk mencuci tangan sebelum kontak langsung dengan klien | Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang |
8 | Pantau hitung leukosit, hasil kultur dan tes sensitivitas | Peningkatan leukosit menunjukkan infeksi, pemeriksaan kultur dan sensitivitas menunjukkan mikroorganisme yang ada dan antibiotic yang tepat diberikan |
9 | Berikan antibiotic | Mengurangi jumlah bakteri |
3. Bersihkan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya lendir/sputum
Tujuan : jalan napas efektif
Kriteria hasil :
- Klien tidak melaporkan sesak
- Saturasi oksigen > 96%
- Lendir (-)
- Nafas teratur
- RR 16 – 20 x/menit
- Bunyi napas vesikuler
No | Intervensi | Rasional |
1 | Monitor frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan | Untuk memudahkan dan menentukan intervensi selanjutnya |
2 | Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi | Obstruksi jalan napas dapat terjadi sangat cepat atau lambat |
3 | Ajarkan batuk efektif | Latih batuk efektif penting untuk menghindari komplikasi yang terjadi dan meningkatkan ekspansi paru |
4 | Lakukan penghisapan (suction) bila klien tidak bisa mengeluarkan lendir | Mengurangi lendir dan membersihkan jalan nafas |
5 | Berikan oksigen yang sudah dilembabkan | Kelembaban akan mengencerkan sekret dan mempermudah ekspektorat |
6 | Pertahankan jalan napas melalui pemberian posisi yang tepat (tinggikan kepala tempat tidur 15 – 30 derajat) | Jalan napas yang paten sangat krusial untuk fungsi respirasi/ meningkatkan ekspansi paru |
4. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
Tujuan : nyeri dapat dikontrol/hilang
Kriteria hasil :
- Klien melaporkan nyeri berkurang
- Skala nyeri 0-2
- Klien dapat beristirahat
- Ekspresi wajah rileks
- RR : 16 20 x/menit
- TD : 100-139/60-96 mmHg
- Pols : 60 – 100 x/menit
No | Intervensi | Rasional |
1 | Kaji tingkat skala nyeri 1 – 10, lokasi dan intensitas nyeri | Untuk mengetahui tingkat nyeri klien dan merupakan data dasar untuk memberikan intervensi |
2 | Kaji tanda-tanda vital (TD, RR, Pols) | Untuk memonitor keadaan klien dan mengetahui terjadinay syok neurologik |
3 | Anjurkan dan ajarkan klien tehnik relaksasi nafas dalam, distraksi, imajinasi | Untuk mengurangi persepsi nyeri, meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot |
4 | Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan | Kekurangan tidur dapat meningkatkan persepsi nyeri |
5 | Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik | Membantu mengurangi/menghilangkan nyeri |
5. Gangguan integritas kulit berhungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit
Tujuan : integritas kulit menunjukkan regenerasi jaringan
Kriteria hasil :
- Luka mencapai penyembuhan tepat pada waktunya dan bebas dari purulen
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, bengkak, panas, fungsio lesi)
- Kulit membaik/ terjadi regenerasi jaringan
- TD : 100-139/60-96 mmHg
- Pols : 60 – 100 x/menit
- Suhu : 36,5- 37, 4 C
No | Intervensi | Rasional |
1 | Kaji ukuran, warna luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka | Memberikan informasi dasar tentang kondisi luka |
2 | Berikan perawatan luka yang tepat dan tindakan kontrol infeksi | Meningkatkan pemulihan dan menurunkan risiko infeksi |
3 | Berikan lingkungan yang lembab dengan kompres | Lingkungan yang lembab memberikan kondisi optimum bagi penyembuhan luka |
4 | Dorong klien untuk istirahat | Untuk mendukung pertahanan tubuh |
5 | Tingkatkan masukan nutrisi, protein dan karbiohidrat | Untuk meningkatkan pembentukan granulasi yang normal dan kesembuhan |
6 | Berikan obat sistemik | Memperlancar terapi dan mempercepat proses penyembuhan |
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri saat menelan
Tujuan : nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi penurunan BB/BB ideal
- Nafsu makan meningkat
- Lesi di bibir/mulut tidak ada
- Makanan yang disediakan 80% dihabiskan
No | Intervensi | Rasional |
1 | Anjurkan keluarga untuk membersihkan mulut klien sebelum dan sesudah makan | Untuk meningkatkan nafsu makan dan memberikan rasa |
2 | Kaji terhadap malnutrisi dengan mengukut tinggi dan BB, usia, protein serum, hematokrit | Memberikan pengukuran objektif terhadap status nutrisi |
3 | Berikan makan dan makanan kecil sedikit tapi sering | Membantu mencegah distensi gaster dan meningkatkan pemasukan |
4 | Berikan tambahan suplemen untuk memberikan kebutuhan nutrisi | Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi klien |
5 | Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutsi klien | Agar kebutuhan nutrisi klien terpenuhi |
6 | Kolaborasi dengan tim medis tentang makanan pengganti (enteral /parenteral) | Memberikan dukungan nutrisi bila klien tidak bisa mengkonsumsi jumlah yang cukup banyak peroral. |
7 | Awasi pemeriksaan laboratorium (albumin, serum, kreatinin, transferin, nitrogen urea urine | Indicator kebutuhan nutrisi dab keadekuatan diet |
7. Gangguan citra tubuh : penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan, kejadian traumatic
Tujuan : terjadi perbaikan penampilan peran
Kriteria hasil :
- Klien tidak berperasaan negative tentang dirinya
- Klien menyatakan penerimaan situasi diri
- Klien tidak takut/malu berinteraksi dengan orang lain
- Klien bicara dengan keluarga terdekat tentang situasi/ perubahan yang terjadi
No | Intervensi | Rasional |
1 | Kaji makna kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat | Episode traumatic mengakibatkan perubahan tiba-tiba |
2 | Terima dan akui ekspresi frustasi, ketergatnungan, marah, kedukaan. Perhatikan perilaku menarik diri dan penggunaan penyangkalan | Penerimaan perasaan sebagai respons normal terhadap apa yang terjadi membantu perbaikan |
3 | Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan kesehatan dan menyusun tujuan dalam keterbatasan | Meingkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dan perawat |
4 | Berikan harapan dalam parameter situasi individu | Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusu tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realita |
5 | Berikan penguatan positif terhadap kemajuan dan dorong usaha untuk mengikuti tujuan rehabilitasi | Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif |
6 | Dorong interaksi keluarga dan dengan tim medis rehabilitasi | Mempertahankan /membuka garis komunikasi dan memberikan dukungan terus-menerus pada pasien dan keluarga |
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. “N” DENGAN
GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN BERHUBUNGAN
DENGAN SINDROM STEVEN-JOHNSON DI RUANG ICU
RUMAH SAKIT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG 2007
Tanggal MRS (ICU) : 28-07-2007
Tanggal Pengkajian : 28-07-2007 Pukul : 14.30 wib
3.1 Identitas
Pasien
Nama : Ny “N”
Umur : 57 Tahun
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Tani
Status Pernikahan : Nikah
Alamat : Tanjung Agung Barat Kecamatan Lais Muba
No. Medik Rec : 07008971
Dx. medis : Sindrom Steven-Johnson
Penanggung Jawab
Nama : Tn “S”
Umur : 25 Tahun
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : SWasta
Status Pernikahan : Nikah
Alamat : Tanjung Agung Barat Kecamatan Lais Muba
3.2 Pengkajian
a. Alasan utama datang ke RS
Lepuh-lepuh pada hampir seluruh tubuh disertai bercak-bercak hitam.
b. Keluhan Utama saat pengkajian
Klien mengatakan agak sulit bernapas karena lendir dan sputum sulit untuk dikeluarkan.
c. Riwayat Perjalanan Penyakit
± 5 hari yang lalu, klien mengeluh tidak enak badan dan demam yang tidak terlalu tinggi yang hilang timbul. Klien minum larutan penyegar dalam bentuk kalengan sebanyak 2 kaleng. Klien tidak sembuh dan tidak makan obat apa pun.
± 4 hari yang lalu klien mengeluh mulut terasa kering, bibir sariawan dan nyeri tenggorokan saat menelan, mata menjadi terasa pedih dan menjadi kekeruhan. Klien berobat ke puskesmas lalu mendapat obat suntik dan mendapat obat makan tablet 3 macam yaitu tablet kuning bulat kecil, putih bulat dan hijau bulat besar dalam bungkusan alumunium.
± 2 hari yang lalu, timbul lepuh-lepuh kecil pada wajah, ketiak dan bokong. Sebagian lepuh bergabung membentuk lepuh besar dan kulit lepuh menjadi kehitaman. Kemudian klien berobat lagi ke puskesmas dan diberi obat suntik tapi tidak mendapat obat makan.
± 1 hari yang lalu, lepuh-lepuh semakin banyak, timbul hampir di seluruh tubuh disertai timbul bercak-bercak kehitaman. Lepuh semakin besar dan sebagian pecah menjadi lecet, terutama pada kedua mata, ketiak dan bokong. klien juga mengeluh mata pedih dan merah serta nyeri bila BAK. Kemudian klien berobat kembali ke puskesmas di pasang infus dan dianjurkan untuk di rawat di RSMH Palembang. Tanggal 28-07-2007 klien di rawat di ruang ICU RSMH Palembang.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien/keluarga mengatakan belum pernah menderita sakit dan lecet-lecet karena makan obat.
e. Riwayat Pengobatan Alergi
Klien/keluarga menyangkal adanya riwayat alergi seperti sakit asma dan galigata.
f. Pengkajian Kegawatdaruratan
1. Airway
Jalan nafas klien terdapat sumbatan berupa lendir dan sputum yang kental dan klien terlihat sesak.
2. Breathing
Klien terlihat sesak, batuk, sakit saat menelan, RR : 30 x/menit, saturasi oksigen 92%, kualitas bernapas cepat dan dangkal, klien menggunakan alat bantu napas berupa sungkup dengan O2 5 l/m, bunyi napas vesikuler.
- Circulation
TD : 150/80 mmHg, Pols : 104 x/menit, pengisian kapilar repil < 3 detik, akral teraba hangat, suara jantung normal lup dup (BJI ddan BJII), tidak terdapat suara jantung tambahan, tidak terdapat edema pada kedua ekstremitas.
- Disability
Kesadaran klien composmentis dengan GCS : 15 (E4 V5 M6), klien mengalami keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit, klien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Drug
Parenteral : dexamethason 2 x 5 mg, ranitindin 2 x 50 mg
Enternal : intertiistin 2 x 50 mg, cindolyteer tiap jam 1 tetes, chloramfenicol zalep 2 kali sehari, kompres NaCl di daerah iritasi pagi-sore-malam.
- Explesure
Terdapat lepuh-lepuh pada hampir seluruh tubuh baik pada mata, ketiak, punggung, bokong dan alat genetalia. Sebagian besar luka ditutupi krusta.
Regio orbita dan oralis mengalami erosi.
Daun telinga mengalami erosi di semua pada telinga sinistra dan telinga dextra melepuh sebagian.
Kavum nasi dextra dan sinitra mukosa hiperemis.
Bibir mengalami erosi, lesi dan kering.
Tenggorokan mengalami hiperemis, tampak laserasi di sekitar orofaring dan dinding faring hiperemis.
Distribusi generalis : bula, multiple sebagian konfluen dengan kulit hiperpigmentasi; sebagian besar erosi : multiple konfluen terutama di region orbita dang enter ; peteki dan ekimosis multiple sebagian konfluen.
- Fluid
Klien terpasang IVFD RL dengan gtt xx kali per menit.
Intake parenteral : RL : NS : D5% = 1 : 1 : 1 gtt xx kali per menit.
Kalori yang dibutuhkan klien : 2150 kkal/hari dengan dihitung dari berat badan relatif. Saat ini klien diet cair
Sampai pukul 18.00 wib : enteral : 250 cc, parenteral 550 cc, urin : 400 cc.
- Good Vital
TD : 150/80 mmHg, Pols : 104 x/m, RR : 30 x/m, T : 37,10C
TB : 153 cm, BB sebelum MRS : 45 kg jadi BB ideal klien : 47,7 kg.
8. Head to Toe
a. Kepala : bentuk normocephalig, muka simetris, nyeri tekan pada kepala tidak ada, warna rambut hitam, distribusi rambut merata dan tidak mudah dicabut, kebersihan kurang.
b. Mata : bentuk simetris, kelopak mata edema dan sulit dibuka, terjadi dry erupsi dengan komplikasi simbleferon pada OD/OS. Lapang penglihatan klien hanya sulit dinilai karena kelopak sulit dibuka.
c. Telinga : bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada, daun telinga mengalami erosi di semua pada telingan sinistra dan telinga dextra melepuh sebagian, liang telinga dextra dan sinistra lapang.
d. Hidung : bentuk simetris, septum tidak terdapat deviasi, kavum nasi dextra dan sinistra mukosa hiperemis, kavum nasi lapang, dari hidung keluar cairan bewarna kuning.
e. Mulut : bibir mengalami erosi, kering, lesi, lidah terdapat lesi, klien mengatakan sulit untuk membuka mulut dan sakit saat menelan, klien tampak berhati-hati saat membuka mulut, klien diet cair 1500 cc/hari.
f. Tenggorok : hiperemis, tampak laserasi di sekitar orofaring, dinding faring hiperemis, klien mengeluh nyeri tenggorokan.
g. Leher : bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, gerakan leher klien agak terbatas.
h. Dada
Paru-Paru
- Inspeksi
Bentuk dada simetris kanan dan kiri, ada sumbatan pada jalan napas berupa lendir dan sputum, tidak terlihat massa/kemerahan, tidak terdengar stridor, klien tampak sesak, frekuensi pernafasan 30 x/menit, reflek bentuk ada.
- Palpasi
Pembesaran getah bening di supraklavikula tidak ada, letak trakea di tengah, tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan.
- Perkusi
Sonor pada kedua lapang paru.
- Auskultasi
Suara napas vesikuler, wheezing (-), Ronkhi (-).
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada edema jaringan
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, frekuensi HR : 104 x/m, irama regular, akral hangat, kapiler repil < 3 detik.
- Perkusi : Pekak pada bagian-bagian batas jantung
- Auskultasi : TD : 150/80 mmHg, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, irama jantung regular
Abdomen
- Inspeksi : Perut tidak kembung, datar
- Palpasi : Lemas, tidak teraba massa, pembesaran hati dan limpa tidak ada
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : Bising usus + 10 x/menit
i. Genitalia dan anus : ada erosi di genital
j. Ekstremitas : tidak terdapat edema, rom terbatas, kekuatan otot 4
k. Integumen : kulit mengalami hiperpigmentasi, lesi, erosi, bula, ekimosis dimana di bagian lepuh ditutupi krusta.
Turgor kulit mengalami penurunan, tidak terdapat edema jaringan.
Terdapat lepuh-lepuh pada daerah orbita, axial, punggung, bokong, genitalia.
Klien mengeluh nyeri di daerah yang melepuh terutama punggung, bokong karena adanya penekanan dengan skala nyeri 4. Nyeri akan terasa bila melakukan perawatan luka.
Klien tampak gelisah.
Klien berbaring dan kadang-kadang berusaha ingin duduk.
g. Pengkajian Bio-Psiko-Sosial dan Spiritual
1. Psikologis
Klien mengatakan tidak bisa bekerja seperti dulu lagi, klien tampak gelisah.
2. Sosial
Keluarga berharap klien bisa sembuh kembali, anak-anak klien terlihat selalu mendampingi klien.
3. Budaya
Klien/keluarga berharap semua biaya pengobatan ini bisa dibantu, keluarga klien tampak membesuk klien.
4. Spiritual
Klien merasa sedih tidak bisa melakukan kegiatan ibadah seperti biasanya, klien/keluarga mengatakan hanya bisa memohon kesembuhan dari yang maha kuasa, klien tampak berzikir.
h. Data Penunjang
Hasil Laboratorium
Tanggal 27-07-2007
Hematologi :
· Hemoglobin : 13,7 g/dl (N P : 12 – 16 g/dl)
· Hemotokrit : 41 Vol% (N P : 37 – 43 Vol%)
· Leukosit : 1900 (N 5000 – 10.000/mm3)
· LED : 5 mm/jam (N P : < 15 mm/jam)
· Trombosit : 110.000 (N 200.000 – 500.000/mm3)
· Hitung Jenis
Basofil : 0 (N: 0 – 1 %) Eosinofil : 0 (N: 1 – 3 %)
Batang : 2 (N: 2 – 6 %) Segmen : 81 (N: 50 – 70 %)
Limfosit : 15 (N: 20 – 40 %) Monosit : 2 (N: 2 – 8 %)
Urinalisa
· Sel epitel : +
· Leukosit : 20 – 25 (N: 0 – 5 /LPB)
· Eritrosit : 10 – 15 (N: 0 – 1 /LPB)
· Silinder : 1 – 2 (N : - )
· Kristal : 0 – 1 (N: - )
· Protein : + (N: - )
· Glukose : - (N: - )
Tanggal 28-07-2007
Kimia Klinik :
· BSS : 156 mg/dl
· Uric acid : 9,1 mg/dl (N P : 2,6 – 6,0)
· Ureum : 53 mg/dl (N 15 – 39)
· Creatinin : 1,6 mg/dl (N P : 0,6 – 1,0)
· Protein total : 5,6 g/dl (N 6,0 – 7,8 g/dl)
· Albumin : 2,6 g/dl (N 3,5 – 5,0 g/dl)
· Globulin : 3,0 g/dl
· SGOT : 70 u/l (N < 40)
· SGPT : 50 u/l ( N < 41)
· Natrium : 130 mmol/l (N 135 – 155)
· Kalium : 4,4 mmol/l (N 3,5 – 5,5)
Urinalisa :
· Sel epitel : +
· Leukosit : 20-25 (N 0,5/LPB)
· Eritrosit : 10 – 15 (N 0 – 1/LPB)
· Silinder : 1 – 2 (Negatif)
· Kristal : 0 – 1 (Negatif)
· Protein : + (Negatif)
· Glucose : - (Negatif)
Hematologi :
· Hemoglobin : 13,4 g/dl (N P : 12 – 16 g/dl)
· Hemotokrit : 39 Vol% (N P : 37 – 43 Vol%)
· Leukosit : 2500 (N 5000 – 10.000/mm3)
· LED : 31 mm/jam (N P : < 15 mm/jam)
· Trombosit : 197.000 (N 200.000 – 500.000/mm3)
· Hitung Jenis
Basofil : 0 (N: 0 – 1 %)
Eosinofil : 2 (N: 1 – 3 %)
Batang : 1 (N: 2 – 6 %)
Segmen : 21 (N: 50 – 70 %)
Limfosit : 13 (N: 20 – 40 %)
Monosit : 3 (N: 2 – 8 %)
Tanggal 29-07-2007
Kimia Klinik :
· Ureum : 126 mg/dl (N 15 – 39)
· Creatinin : 1,3 mg/dl (N P : 0,6 – 1,0)
· Protein total : 7,2 g/dl (N 6,0 – 7,8 g/dl)
· Albumin : 1,0 g/dl (N 3,5 – 5,0 g/dl)
· Globulin : 4,2 g/dl
· CK-NAK : 111 (N: 70 u/l)
· CK MB : 100 (N: < 16 u/l)
· Natrium : 135 mmol/l (N 135 – 155)
· Kalium : 4,6 mmol/l (N 3,5 – 5,5)
Urinalisa :
· Sel epitel : +
· Leukosit : 2 - 3 (N 0,5/LPB)
· Eritrosit : 4 - 5 (N 0 – 1/LPB)
· Silinder : - (Negatif)
· Kristal : - (Negatif)
· Protein : + (Negatif)
· Glucose : - (Negatif)
Hematologi :
· Hemoglobin : 11,9 g/dl (N P : 12 – 16 g/dl)
· Hemotokrit : 36 Vol% (N P : 37 – 43 Vol%)
· Leukosit : 6300 (N 5000 – 10.000/mm3)
· LED : 23 mm/jam (N P : < 15 mm/jam)
· Trombosit : 231.000 (N 200.000 – 500.000/mm3)
· Hitung Jenis
Basofil : 0 (N: 0 – 1 %)
Eosinofil : 2 (N: 1 – 3 %)
Batang : 1 (N: 2 – 6 %)
Segmen : 87 (N: 50 – 70 %)
Limfosit : 6 (N: 20 – 40 %)
Monosit : 4 (N: 2 – 8 %)
Tanggal 30-7-2007
Kimia Klinik :
· Ureum : 133 mg/dl (N 15 – 39)
· Creatinin : 1,7 mg/dl (N P : 0,6 – 1,0)
· Protein total : 7,7 g/dl (N 6,0 – 7,8 g/dl)
· Albumin : 2,7 g/dl (N 3,5 – 5,0 g/dl)
· Globulin : 5 g/dl
· CK-NAK : 105 (N: 70 u/l)
· CK MB : 146 (N: < 25 u/l)
· Natrium : 138 mmol/l (N 135 – 155)
· Kalium : 4,5 mmol/l (N 3,5 – 5,5)
Therapi yang diberikan tanggal 28-7-2007 :
C Chloramphericol zalep 2 kali sehari
C Cendolyteers tiap jam 1 tetes (mata kanan dan kiri)
C Kompres NaCl pada daerah luka, 3 x/hari (P, S, M) tiap 5 menit selama 30 menit.
C IVFD RL : NS : D5% (1 : 1 : 1) gtt xx/mnt
C Dexamethasone 2 x 5 mg
C Ranitidine 2 x 50 mg
C Intertiistin 2 x 50 mg
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang sangat mudah memberikan suatu manifestasi klinis apabila timbul gangguan pada tubuh. Salah satu gangguan tersebut dapat disebabkan oleh reaksi alergi terhadap suatu obat. Erupsi obat alergi itu sendiri ialah reaksi alergi pada kulit atau daerah mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian obat dengan cara sistemik.
Pemberian dengan cara sistemik di sini berarti obat tersebut masuk melalui mulut, hidung, rectum, vagina dan dengan suntikan atau infus. Sedangkan reaksi alergi yang disebabkan oleh penggunaan obat dengan cara topikal, yaitu obat yang digunakan pada permukaan tubuh mempunyai istilah sendiri yang disebut dermatitis kontak alergi.
Tidak semua obat dapat mengakibatkan reaksi alergi ini. Hanya beberapa golongan obat yang 1% hingga 3% dari seluruh pemakaian akan mengalami erupsi obat alergi atau erupsi obat. Obat-obatan tersebut yaitu : obat anti inflamasi non steroid (OAINS), antibiotik : misalnya penisilin dan derivatnya, sulfonamide dan obat-obat antikonvulsan.
Menurut WHO, sekitar 2% dari seluruh jenis erupsi obat yang timbul tergolong ‘serius’ karena reaksi alergi obat yang timbul tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit bahkan mengakibatkan kematian. Sindrom Steven Johnson (SSJ) dan Nekrolisis Epidermal Toksis (TEN) adalah beberapa bentuk reaksi serius tersebut.
Epidemiologi dari erupsi obat ini belum didapatkan angka yang tepat tetapi berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, studi epidemiologi, uji klinis terapeutik obat dan laporan dari dokter, diperkirakan kejadian alergi obat adalah 2% dari total pemakaian obat-obatan atau sebesar 15-20% dari keseluruhan efek samping pemakaian obat-obatan.
Hasil survey prospektif sistematik yang dilakukan oleh Boston Collaborative Drug Surveillance Program menunjukkan bahwa reaksi kulit yang timbul terhadap pemberian obat adalah sekitar 2,7% dari 48.000 pasien yang dirawat pada bagian penyakit dalam dari tahun 1974 sampai 1993. Sekitar 3% dari seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit ternyata mengalami erupsi kulit setelah mengkonsumsi obat-obatan. Selain itu, data di Amerika Serikat menunjukkan lebih dari 100.000 jiwa meninggal setiap tahunnya disebabkan erupsi obat yang serius.
Untuk itu perlu ditegakkan diagnosa yang tepat dari gangguan ini memberikan manifestasi yang serupa dengan gangguan kulit lain pada umumnya. Identifikasi dan anamnesa yang tepat dari penyebab timbulnya reaksi obat adalah salah satu hal penting untuk memberikan tatalaksana yang cepat dan tepat bagi penderita dengan tujuan membantu meningkatkan prognosis serta menurunkan angka morbiditas.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Sindrom Steven Johnson (SSJ) merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dan ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura (Djuanda, 2000).
Sindrom Steven Johnson adalah suatu kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit, vesikulobulosa, mukosa orifium serta mata disertai gejala umum berat (Harsono, 2006).
Sindrom Steven Johnson adalah suatu bentuk eritema multiforme dengan ulserasi pada membran mukosa dan demam (Christine Brooker, 2001).
Sindrom Steven Johnson merupakan sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel atau bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk (Mansjoer, 2000).
Dapat disimpulkan bahwa Sindrom Steven Johnson merupakan suatu sindrom kelainan yang mengenai kulit, selaput lendir/mukosa dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat dengan kelainan berupa eritema, vesikel, bula dan dapat disertai purpura.
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Gambar 2.1 Struktur Kulit
Kulit merupakan organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam homeostatis (Effendi, 1999).
Kulit mempunyai kulit berupa :
a. Pengatur panas (dengan penguapan, pemancaran, konduksi dan konveksi)
b. Pelindung tubuh dari berbagai trauma, penahan terhadap balutan, virus dan jamur
c. Tempat penyimpanan air dan lemak
d. Indera peraba
e. Alat pengeluaran zat-zat sampah yang terdapat dalam keringat
f. Pembentuk vitamin D dengan bantuan sinar matahari
Kulit mempunyai tiga lapisan, yaitu :
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan kulit terluar yang tersusun atas epithelium dan terdiri dari sejumlah lapisan sel yang disusun atas dua lapisan yang jelas tampak : selapis lapisan tanduk dan selapis zona generalis.
Epidermis mempunyai komponen utama berupa protein keratin, yang dihasilkan oleh sel-sel yang disebut keratinosit. Keratin mencegah hilangnya air tubuh dan melindungi epidermis dari iritasi atau organism penyebab infeksi. Di epidermis juga terdapat sel-sel imun yang disebut sel langerhans. Sel ini mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun.
b. Dermis
Dermis terletak di bawah epidermis yang tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastik.
c. Subkutis
Lapisan subkutis terletak di bawah subkutis yang terdiri dari lapisan lemak dan jaringan ikat dan berfungsi sebagai peredam kejut dan insulator panas. Lapisan subkutis adalah tempat penyimpanan kalori, pengatur suhu tubuh.
2.3 Etilogi
Etiologi pasti Sindrom Steven Johnson (SSJ) belum diketahui, karena penyebabnya berbagai faktor, walaupun pada umumnya sering berkaitan dengan respons imum terhadap obat.
Beberapa faktor penyebab timbulnya SJJ diantaranya :
a. Obat (penisilin dan, streptomisin, sulfanamida, tetrasiklin, antipiretik atau analgetik (misalnya : derivat salisic atau pirazolon, metamizol, metampiron dan parasetamol)
b. Infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit)
c. Makanan
d. Faktor fisik (udara dingin, sinar matahari, sinar X)
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul antara 1 – 14 hari berupa :
C Demam tinggi
C Malaise
C Batuk, pilek
C Sakit menelan
C Nyeri dada
C Nyeri kepala
C Muntah
C Pegal otot
Setelah itu akan timbul lesi di :
C Kulit berupa eritema, papil, vesikel, bula secara simetris pada hamper seluruh tubuh
C Mukosa (mulut, tenggorokan dan genital) berupa vesikel, bula, erosis, ekskoriasi, perdarahan dan krusta berwarna merah
C Mata beruapa konjungtivitis kataralis, blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, kelopak mata edema dan sulit dibuka
2.5 Patoflow
2.6 Komplikasi
C Bronkopneumonia
C Sepsis
C Kehilangan caran atau darah
C Gangguan keseimbangan elektrolit
C Syok
C Kebutaan karena gangguan lakrimasi
2.7 Pemeriksaan
C Pemeriksaan darah tepi
C Pemeriksaan imunologik
C Biakan kuman serta uji resistensi dari darah di tempat lesi
C Pemeriksaan histopatologik biopsi kulit.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama adalah menghentikan obat yang diduga sebagai penyebab Sindrom Steven Johnson.
Selanjutnya perawatan lebih bersifat simtomatik :
a. Antihistamin, dianjurkan untuk mengatasi gejala pruritus/gatal bisa dipakai feniramin hydrogen maleat (avil) dengan dosis untuk usia 1-3 tahun 7,5 mg/dosis, usia 3-12 tahun 15 mg/dosis, diberikan 3 kali/hari. Diphenhidramin hidrokloride (benadril) 1 mg/kg BB tiap kali sampai 3 kali per hari, Setirizin dapat diberikan dosisi untuk usia anak 2-5 tahun 2,5 mg/dosis 1 kali/hari, umur > 6 tahun 5 -10 mg/dosis 1 kali/hari
b. Blister kulit bisa dikompres basah dengan larutan burowi
c. Papula dan macula pada kulit baik untuk diberikan steroid topikal kecuali kulit yang terbuka
d. Pengobatan infeksi kulit dengan antibiotic spectrum luas, misalnya klindamisin 8-16 mg/kg /hari secara intravena diberikan 2 kali/hari
e. Kortikosteroid : dexamethason dengan dosis awal 1 mg/kg BB bolus IV kemudian 0,2-0,5 mg/kg BB Iv tiap 6 jam
f. Intravena immunoglobulin (IVIG), dosis awal 0,5 mg/kg BB pada hari 1, 2, 3, 4 dan 6 masuk rumah sakit
Perawatan konservatif ditujukan untuk :
a. Perawatan lesi kulit yang terbuka, seperti perawatan luka bakar
b. Terapi cairan dan elektrolit. Lesi kulit yang terbuka seringkali disertai pengeluaran cairan disertai elektrolit
c. Kalori dan protein secara parenteral. Lesi pada saluran cerna menyebabkan kesulitan asupan makanan dan minuman
d. Pengendalian nyeri. Penggunaan NSAID berisiko paling tinggi sebaiknya tidak digunakan untuk mengatasi nyeri
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
2.9.1 Pengkajian
1. A (Airway)
Jalan napas, adakah sumbatan jalan napas berupa sputum, lendir atau pun darah yang ditandai oleh kesulitan bernapas atau suara napas yang berbunyi (stridor, hoarness).
2. B (Breathing)
C Klien sesak, batuk, mengi, tidak mampu menelan
C Bunyi napas : gemerik (edema paru), stridor (edema laryngeal) ronkhi (sekret jalan napas dalam)
C Pernapasan menggunakan otot-otot pernapasan
C Menggunakan alat bantu napas (nasal, sungkup)
C Pernapasan cepat lebih dari 20 x/menit
C Irama pernapasan regular/ ireguler
C Saturasi oksigen > 96 %
C Refleks batuk ada
3. C (Circulation)
C Tekanan darah hipotensi
C Takikardia
C Disritmia, detak jantung tidak beraturan
C Edema jaringan
C Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera
C Kulit dingin, pucat
C Akral dingin
C Pengisian kapiler lambat karena adanya penurunan curah jantung
4. Disability
C Penurunan tingkat kesadaran (apatis, somnolen)
C Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
C Gangguan masa otot, perubahan tonus otot
C Tidak mampu melakukan aktivitas sehati-hari secara mandiri
C Perubahan orientasi, perilaku
C Kemampuan bicara klien tidak jelas
C Klien tampak sakit ringan, sedang atau pun berat
Drug
C Antihistamin, dianjurkan untuk mengatasi gejala pruritus/gatal bisa dipakai feniramin hydrogen maleat (avil) dengan dosis untuk usia 1-3 tahun 7,5 mg/dosis, usia 3-12 tahun 15 mg/dosis, diberikan 3 kali/hari. Diphenhidramin hidrokloride (benadril) 1 mg/kg BB tiap kali sampai 3 kali per hari, Setirizin dapat diberikan dosisi untuk usia anak 2-5 tahun 2,5 mg/dosis 1 kali/hari, umur > 6 tahun 5 -10 mg/dosis 1 kali/hari
C Antibiotik spectrum luas, misalnya klindamisin 8-16 mg/kg /hari secara intravena diberikan 2 kali/hari
C Kortikosteroid : dexamethason dengan dosis awal 1 mg/kg BB bolus IV kemudian 0,2-0,5 mg/kg BB Iv tiap 6 jam
C Intravena immunoglobulin (IVIG), dosis awal 0,5 mg/kg BB pada hari 1, 2, 3, 4 dan 6 masuk rumah sakit
5. Explusure
Umumnya klien mengalami :
C Demam tinggi
C Malaise
C Batuk, pilek
C Sakit menelan
C Nyeri dada
C Nyeri kepala
C Muntah
C Pegal otot
Kemudian muncul lesi di :
C Kulit berupa eritema, papil, vesikel, bula secara simetris pada hamper seluruh tubuh
C Mukosa (mulut, tenggorokan dan genital) berupa vesikel, bula, erosis, ekskoriasi, perdarahan dan krusta berwarna merah
C Mata beruapa konjungtivitis kataralis, blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, kelopak mata edema dan sulit dibuka
6. Fluid
C Cairan Ringer Laktat, Natrium Klorida, Dektrose 5%
C Nutrisi 2500 – 3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi
C Haluaran urin menurun, nyeri saat BAK
C Diuresis
7. Good Vital
C Tekanan darah normal (100-139/60-96 mmHg)
C Respirasi Rate (16-20 x/menit)
C Denyut nadi (60-100 x/menit)
C Suhu (36,5-37,4 C)
8. Head to Toe
a. Kepala
Bentuk : Normochepalig
Muka : Simetris
Rambut : Warna : hitam, Distribusi : merata, Kekuatan : tidak mudah dicabut
Nyeri tekan : Tidak ada
b. Mata
Bentuk : Simetris
Kelopak mata : Edema dan sulit dibuka
Konjungtiva : Konjungtivitis kataralis dan purulen
Sklera : Tidak ikterik, putih
Kornea : Ulkus kornea
Pupil : Isokor, diameter 3-6 mm
Reaksi cahaya : Positif
Lapang penglihatan : Penyempitan lapangan penglihatan
Kelaianan mata : Simbleferon, iritis, iridosiklitis
c. Telinga
Bentuk : Simetris
Nyeri tekan : Tidak ada
Liang telinga : Liang telinga lapang, tidak ada serumen
Pendengaran : Tidak mengalami ketulian
d. Hidung
Bentuk : Simetris
Concha : Tidak membesar
Septum : Tidak terdapat deviasi
Selaput lendir : Lesi, ada penyumbatan, perdarahan, ingus
Pembauan : Mengalami penurunan
e. Mulut dan Tenggorokan
Mukosa bibir : Bengkak, kering, warna mukosa merah
Selaput lendir : Stomatitis, afte (vesikel, bula), erosi, perdarahan
Sakit saat menelan : Ada
Gigi : Caries/tidak
Lidah : Terdapat lesi
Tonsil/pharix : Meradang
Ketidakmampuan menelan
f. Leher
Bentuk : Simetris
Pembesaran kelenjar : Tidak ada
Pergerakan leher : Tidak terbatas
Peningkatan JVP : Tidak terlihat
g. Dada
Paru-paru
- Inspeksi
Bentuk dada simetris kanan dan kiri, terdapat sumbatan pada jalan napas, klien tampak sesak, terdengar stridor saat ekspirasi/inspirasi, retraksi dinding dada, penggunaan otot-otot pernapasan, frekuensi pernafasan > 20 x/menit, reflek bentuk ada, pernapasan cepat dan dangkal, klien batuk
- Palpasi
Pembesaran getah bening di supraklavikula ada/tidak, letak trakea di tengah, tidak teraba massa, nyeri tekan.
- Perkusi
Sonor pada kedua lapang paru.
- Auskultasi
Bunyi napas vesikuler, wheezing (+), Ronkhi (+)
Sistem kardiovaskuler
-Inspeksi
Ictus cordis tidak terlihat, edema jaringan
-Palpasi
Ictus cordis tidak teraba, frekuensi HR > 100 x/menit, irama regular/ireguler, akral dingin, kapilar repil > 3 detik
-Perkusi
Pekak pada bagian-bagian batas jantung
- Auskultasi
Tekanan darah hipotensi, irama jantung tidak beraturan, tidak ada bunyi jantung tambahan
Abdomen
- Inspeksi : kembung, datar
- Palpasi : lemas, tidak teraba massa, pembesaran hati dan limpa ada/tidak
- Perkusi : timpani
- Auskultasi: peristaltic menurun/meningkat
h. Genitalia dan Anus
- Penis : normal, hipospadia, fimosis, skrotum dan testis : normal, hernia, hidrokel
- Vagina : warna sekret
- Anus : pelebaran vena ani/tidak
- Mukosa : vesikel, bula, erosi, perdarahan, krusta berwarna merah
i. Ekstremitas
Edema, tremor, rom terbatas, akral dingin
j. Integumen
Warna kulit : pucat, terjadi hiperpigmentasi
Turgor : mengalami penurunan
Luka : Ada, luas luka
Edema jaringan
Kulit lesi berupa eritema, papel, vesikel, bula pada hampir seluruh tubuh
k. Pengkajian Bio-Psiko-Sosial dan Spiritual
1) Psikologis
Sedih, menarik diri, cemas, marah, gelisah, kehilangan pekerjaan
2) Sosial
Keluarga merasa malu, sedih, menarik diri
3) Budaya
Memerlukan bantuan untuk pengobatan
4) Spiritual
Klien tidak bisa melakukan aktivitas ibadah seperti biasanya
2.9.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravaskuler ke dalam rongga interstisial, hilangnya cairan secara evaporasi, rusaknya jaringan kulit akibat luka.
Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan
Kriteria hasil :
- Haluaran urine individu adekuat (0,5-1,0 mg/kg BB/jam)
- Urin jernih dan berwarna kuning
- Membran mukosa lembab
- TD normal (100-139/60-96 mmHg)
- Denyut nadi (60-100 x/menit)
- Kadar elektrolit serum dalam batas normal
No | Intervensi | Rasional |
1 | Kaji dan catat turgor kulit | Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh |
2 | Observasi tanda vital | Untuk memonitot keadaan mum klien |
3 | Manitor dan catat cairan yang masuk dan keluar | Agar keseimbangan cairan tubuh klien terpantau |
4 | Timbang BB klien setiap hari | Penggantian cairan tergantung pada BB klien |
5 | Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin | Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan mencegah komplikasi |
6 | Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb/Ht, natrium urine random) | Mengidentifikasi kehilangan darah/ kerusakan SDM, dan kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit |
2. Infeksi berhubungan dengan hilangnya barier/perlindungan kulit
Tujuan : tidak terjadi infeksi local atau sistemik
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsio lesi)
- Leukosit (5000 - 10000/mm3)
- Kultur luka memperlihatkan jumlah bakteri yang minimal
- Suhu tubuh dalam batas normal (36,5 - 37,4 C)
- RR : 16 – 20 x/menit
- TD : 100-139/60-96 mmHh
- Pols : 60 – 100 x/menit
- Luka mencapai penyembuhan tepat waktu, bebas dari purulen dan tidak demam
No | Intervensi | Rasional |
1 | Monitor tanda-tanda vital | Perubahan tanda vital secara drastis merupakan komplikasi lanjut untuk terjadinya infeksi |
2 | Observasi keadaan luka setiap hari | Untuk mengidentifikasi adanya penyembuhan |
3 | Jaga agar luka tetap bersih atau steril | Menurunkan resiko inspeksi dan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang |
4 | Lakukan perawatan luka setiap hari (kompres luka dengan NaCl) dan bersihkan jaringan nekrotik | Untuk mempercepat penyembuhan |
5 | Berikan perawatan pada mata | Mata dapat membengkak oleh drainase luka |
6 | Tingkatkan asupan nutrsisi | Nutrisi mempengaruhi sintesis protein dan fotositosis |
7 | Batasi pengunjung dan anjurkan pada keluarga/pengunjung untuk mencuci tangan sebelum kontak langsung dengan klien | Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang |
8 | Pantau hitung leukosit, hasil kultur dan tes sensitivitas | Peningkatan leukosit menunjukkan infeksi, pemeriksaan kultur dan sensitivitas menunjukkan mikroorganisme yang ada dan antibiotic yang tepat diberikan |
9 | Berikan antibiotic | Mengurangi jumlah bakteri |
3. Bersihkan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya lendir/sputum
Tujuan : jalan napas efektif
Kriteria hasil :
- Klien tidak melaporkan sesak
- Saturasi oksigen > 96%
- Lendir (-)
- Nafas teratur
- RR 16 – 20 x/menit
- Bunyi napas vesikuler
No | Intervensi | Rasional |
1 | Monitor frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan | Untuk memudahkan dan menentukan intervensi selanjutnya |
2 | Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi | Obstruksi jalan napas dapat terjadi sangat cepat atau lambat |
3 | Ajarkan batuk efektif | Latih batuk efektif penting untuk menghindari komplikasi yang terjadi dan meningkatkan ekspansi paru |
4 | Lakukan penghisapan (suction) bila klien tidak bisa mengeluarkan lendir | Mengurangi lendir dan membersihkan jalan nafas |
5 | Berikan oksigen yang sudah dilembabkan | Kelembaban akan mengencerkan sekret dan mempermudah ekspektorat |
6 | Pertahankan jalan napas melalui pemberian posisi yang tepat (tinggikan kepala tempat tidur 15 – 30 derajat) | Jalan napas yang paten sangat krusial untuk fungsi respirasi/ meningkatkan ekspansi paru |
4. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
Tujuan : nyeri dapat dikontrol/hilang
Kriteria hasil :
- Klien melaporkan nyeri berkurang
- Skala nyeri 0-2
- Klien dapat beristirahat
- Ekspresi wajah rileks
- RR : 16 20 x/menit
- TD : 100-139/60-96 mmHg
- Pols : 60 – 100 x/menit
No | Intervensi | Rasional |
1 | Kaji tingkat skala nyeri 1 – 10, lokasi dan intensitas nyeri | Untuk mengetahui tingkat nyeri klien dan merupakan data dasar untuk memberikan intervensi |
2 | Kaji tanda-tanda vital (TD, RR, Pols) | Untuk memonitor keadaan klien dan mengetahui terjadinay syok neurologik |
3 | Anjurkan dan ajarkan klien tehnik relaksasi nafas dalam, distraksi, imajinasi | Untuk mengurangi persepsi nyeri, meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot |
4 | Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan | Kekurangan tidur dapat meningkatkan persepsi nyeri |
5 | Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik | Membantu mengurangi/menghilangkan nyeri |
5. Gangguan integritas kulit berhungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit
Tujuan : integritas kulit menunjukkan regenerasi jaringan
Kriteria hasil :
- Luka mencapai penyembuhan tepat pada waktunya dan bebas dari purulen
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, bengkak, panas, fungsio lesi)
- Kulit membaik/ terjadi regenerasi jaringan
- TD : 100-139/60-96 mmHg
- Pols : 60 – 100 x/menit
- Suhu : 36,5- 37, 4 C
No | Intervensi | Rasional |
1 | Kaji ukuran, warna luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka | Memberikan informasi dasar tentang kondisi luka |
2 | Berikan perawatan luka yang tepat dan tindakan kontrol infeksi | Meningkatkan pemulihan dan menurunkan risiko infeksi |
3 | Berikan lingkungan yang lembab dengan kompres | Lingkungan yang lembab memberikan kondisi optimum bagi penyembuhan luka |
4 | Dorong klien untuk istirahat | Untuk mendukung pertahanan tubuh |
5 | Tingkatkan masukan nutrisi, protein dan karbiohidrat | Untuk meningkatkan pembentukan granulasi yang normal dan kesembuhan |
6 | Berikan obat sistemik | Memperlancar terapi dan mempercepat proses penyembuhan |
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri saat menelan
Tujuan : nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi penurunan BB/BB ideal
- Nafsu makan meningkat
- Lesi di bibir/mulut tidak ada
- Makanan yang disediakan 80% dihabiskan
No | Intervensi | Rasional |
1 | Anjurkan keluarga untuk membersihkan mulut klien sebelum dan sesudah makan | Untuk meningkatkan nafsu makan dan memberikan rasa |
2 | Kaji terhadap malnutrisi dengan mengukut tinggi dan BB, usia, protein serum, hematokrit | Memberikan pengukuran objektif terhadap status nutrisi |
3 | Berikan makan dan makanan kecil sedikit tapi sering | Membantu mencegah distensi gaster dan meningkatkan pemasukan |
4 | Berikan tambahan suplemen untuk memberikan kebutuhan nutrisi | Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi klien |
5 | Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutsi klien | Agar kebutuhan nutrisi klien terpenuhi |
6 | Kolaborasi dengan tim medis tentang makanan pengganti (enteral /parenteral) | Memberikan dukungan nutrisi bila klien tidak bisa mengkonsumsi jumlah yang cukup banyak peroral. |
7 | Awasi pemeriksaan laboratorium (albumin, serum, kreatinin, transferin, nitrogen urea urine | Indicator kebutuhan nutrisi dab keadekuatan diet |
7. Gangguan citra tubuh : penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan, kejadian traumatic
Tujuan : terjadi perbaikan penampilan peran
Kriteria hasil :
- Klien tidak berperasaan negative tentang dirinya
- Klien menyatakan penerimaan situasi diri
- Klien tidak takut/malu berinteraksi dengan orang lain
- Klien bicara dengan keluarga terdekat tentang situasi/ perubahan yang terjadi
No | Intervensi | Rasional |
1 | Kaji makna kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat | Episode traumatic mengakibatkan perubahan tiba-tiba |
2 | Terima dan akui ekspresi frustasi, ketergatnungan, marah, kedukaan. Perhatikan perilaku menarik diri dan penggunaan penyangkalan | Penerimaan perasaan sebagai respons normal terhadap apa yang terjadi membantu perbaikan |
3 | Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan kesehatan dan menyusun tujuan dalam keterbatasan | Meingkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dan perawat |
4 | Berikan harapan dalam parameter situasi individu | Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusu tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realita |
5 | Berikan penguatan positif terhadap kemajuan dan dorong usaha untuk mengikuti tujuan rehabilitasi | Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif |
6 | Dorong interaksi keluarga dan dengan tim medis rehabilitasi | Mempertahankan /membuka garis komunikasi dan memberikan dukungan terus-menerus pada pasien dan keluarga |
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. “N” DENGAN
GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN BERHUBUNGAN
DENGAN SINDROM STEVEN-JOHNSON DI RUANG ICU
RUMAH SAKIT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG 2007
Tanggal MRS (ICU) : 28-07-2007
Tanggal Pengkajian : 28-07-2007 Pukul : 14.30 wib
3.1 Identitas
Pasien
Nama : Ny “N”
Umur : 57 Tahun
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Tani
Status Pernikahan : Nikah
Alamat : Tanjung Agung Barat Kecamatan Lais Muba
No. Medik Rec : 07008971
Dx. medis : Sindrom Steven-Johnson
Penanggung Jawab
Nama : Tn “S”
Umur : 25 Tahun
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : SWasta
Status Pernikahan : Nikah
Alamat : Tanjung Agung Barat Kecamatan Lais Muba
3.2 Pengkajian
a. Alasan utama datang ke RS
Lepuh-lepuh pada hampir seluruh tubuh disertai bercak-bercak hitam.
b. Keluhan Utama saat pengkajian
Klien mengatakan agak sulit bernapas karena lendir dan sputum sulit untuk dikeluarkan.
c. Riwayat Perjalanan Penyakit
± 5 hari yang lalu, klien mengeluh tidak enak badan dan demam yang tidak terlalu tinggi yang hilang timbul. Klien minum larutan penyegar dalam bentuk kalengan sebanyak 2 kaleng. Klien tidak sembuh dan tidak makan obat apa pun.
± 4 hari yang lalu klien mengeluh mulut terasa kering, bibir sariawan dan nyeri tenggorokan saat menelan, mata menjadi terasa pedih dan menjadi kekeruhan. Klien berobat ke puskesmas lalu mendapat obat suntik dan mendapat obat makan tablet 3 macam yaitu tablet kuning bulat kecil, putih bulat dan hijau bulat besar dalam bungkusan alumunium.
± 2 hari yang lalu, timbul lepuh-lepuh kecil pada wajah, ketiak dan bokong. Sebagian lepuh bergabung membentuk lepuh besar dan kulit lepuh menjadi kehitaman. Kemudian klien berobat lagi ke puskesmas dan diberi obat suntik tapi tidak mendapat obat makan.
± 1 hari yang lalu, lepuh-lepuh semakin banyak, timbul hampir di seluruh tubuh disertai timbul bercak-bercak kehitaman. Lepuh semakin besar dan sebagian pecah menjadi lecet, terutama pada kedua mata, ketiak dan bokong. klien juga mengeluh mata pedih dan merah serta nyeri bila BAK. Kemudian klien berobat kembali ke puskesmas di pasang infus dan dianjurkan untuk di rawat di RSMH Palembang. Tanggal 28-07-2007 klien di rawat di ruang ICU RSMH Palembang.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien/keluarga mengatakan belum pernah menderita sakit dan lecet-lecet karena makan obat.
e. Riwayat Pengobatan Alergi
Klien/keluarga menyangkal adanya riwayat alergi seperti sakit asma dan galigata.
f. Pengkajian Kegawatdaruratan
1. Airway
Jalan nafas klien terdapat sumbatan berupa lendir dan sputum yang kental dan klien terlihat sesak.
2. Breathing
Klien terlihat sesak, batuk, sakit saat menelan, RR : 30 x/menit, saturasi oksigen 92%, kualitas bernapas cepat dan dangkal, klien menggunakan alat bantu napas berupa sungkup dengan O2 5 l/m, bunyi napas vesikuler.
- Circulation
TD : 150/80 mmHg, Pols : 104 x/menit, pengisian kapilar repil < 3 detik, akral teraba hangat, suara jantung normal lup dup (BJI ddan BJII), tidak terdapat suara jantung tambahan, tidak terdapat edema pada kedua ekstremitas.
- Disability
Kesadaran klien composmentis dengan GCS : 15 (E4 V5 M6), klien mengalami keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit, klien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Drug
Parenteral : dexamethason 2 x 5 mg, ranitindin 2 x 50 mg
Enternal : intertiistin 2 x 50 mg, cindolyteer tiap jam 1 tetes, chloramfenicol zalep 2 kali sehari, kompres NaCl di daerah iritasi pagi-sore-malam.
- Explesure
Terdapat lepuh-lepuh pada hampir seluruh tubuh baik pada mata, ketiak, punggung, bokong dan alat genetalia. Sebagian besar luka ditutupi krusta.
Regio orbita dan oralis mengalami erosi.
Daun telinga mengalami erosi di semua pada telinga sinistra dan telinga dextra melepuh sebagian.
Kavum nasi dextra dan sinitra mukosa hiperemis.
Bibir mengalami erosi, lesi dan kering.
Tenggorokan mengalami hiperemis, tampak laserasi di sekitar orofaring dan dinding faring hiperemis.
Distribusi generalis : bula, multiple sebagian konfluen dengan kulit hiperpigmentasi; sebagian besar erosi : multiple konfluen terutama di region orbita dang enter ; peteki dan ekimosis multiple sebagian konfluen.
- Fluid
Klien terpasang IVFD RL dengan gtt xx kali per menit.
Intake parenteral : RL : NS : D5% = 1 : 1 : 1 gtt xx kali per menit.
Kalori yang dibutuhkan klien : 2150 kkal/hari dengan dihitung dari berat badan relatif. Saat ini klien diet cair
Sampai pukul 18.00 wib : enteral : 250 cc, parenteral 550 cc, urin : 400 cc.
- Good Vital
TD : 150/80 mmHg, Pols : 104 x/m, RR : 30 x/m, T : 37,10C
TB : 153 cm, BB sebelum MRS : 45 kg jadi BB ideal klien : 47,7 kg.
8. Head to Toe
a. Kepala : bentuk normocephalig, muka simetris, nyeri tekan pada kepala tidak ada, warna rambut hitam, distribusi rambut merata dan tidak mudah dicabut, kebersihan kurang.
b. Mata : bentuk simetris, kelopak mata edema dan sulit dibuka, terjadi dry erupsi dengan komplikasi simbleferon pada OD/OS. Lapang penglihatan klien hanya sulit dinilai karena kelopak sulit dibuka.
c. Telinga : bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada, daun telinga mengalami erosi di semua pada telingan sinistra dan telinga dextra melepuh sebagian, liang telinga dextra dan sinistra lapang.
d. Hidung : bentuk simetris, septum tidak terdapat deviasi, kavum nasi dextra dan sinistra mukosa hiperemis, kavum nasi lapang, dari hidung keluar cairan bewarna kuning.
e. Mulut : bibir mengalami erosi, kering, lesi, lidah terdapat lesi, klien mengatakan sulit untuk membuka mulut dan sakit saat menelan, klien tampak berhati-hati saat membuka mulut, klien diet cair 1500 cc/hari.
f. Tenggorok : hiperemis, tampak laserasi di sekitar orofaring, dinding faring hiperemis, klien mengeluh nyeri tenggorokan.
g. Leher : bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, gerakan leher klien agak terbatas.
h. Dada
Paru-Paru
- Inspeksi
Bentuk dada simetris kanan dan kiri, ada sumbatan pada jalan napas berupa lendir dan sputum, tidak terlihat massa/kemerahan, tidak terdengar stridor, klien tampak sesak, frekuensi pernafasan 30 x/menit, reflek bentuk ada.
- Palpasi
Pembesaran getah bening di supraklavikula tidak ada, letak trakea di tengah, tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan.
- Perkusi
Sonor pada kedua lapang paru.
- Auskultasi
Suara napas vesikuler, wheezing (-), Ronkhi (-).
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada edema jaringan
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, frekuensi HR : 104 x/m, irama regular, akral hangat, kapiler repil < 3 detik.
- Perkusi : Pekak pada bagian-bagian batas jantung
- Auskultasi : TD : 150/80 mmHg, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, irama jantung regular
Abdomen
- Inspeksi : Perut tidak kembung, datar
- Palpasi : Lemas, tidak teraba massa, pembesaran hati dan limpa tidak ada
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : Bising usus + 10 x/menit
i. Genitalia dan anus : ada erosi di genital
j. Ekstremitas : tidak terdapat edema, rom terbatas, kekuatan otot 4
k. Integumen : kulit mengalami hiperpigmentasi, lesi, erosi, bula, ekimosis dimana di bagian lepuh ditutupi krusta.
Turgor kulit mengalami penurunan, tidak terdapat edema jaringan.
Terdapat lepuh-lepuh pada daerah orbita, axial, punggung, bokong, genitalia.
Klien mengeluh nyeri di daerah yang melepuh terutama punggung, bokong karena adanya penekanan dengan skala nyeri 4. Nyeri akan terasa bila melakukan perawatan luka.
Klien tampak gelisah.
Klien berbaring dan kadang-kadang berusaha ingin duduk.
g. Pengkajian Bio-Psiko-Sosial dan Spiritual
1. Psikologis
Klien mengatakan tidak bisa bekerja seperti dulu lagi, klien tampak gelisah.
2. Sosial
Keluarga berharap klien bisa sembuh kembali, anak-anak klien terlihat selalu mendampingi klien.
3. Budaya
Klien/keluarga berharap semua biaya pengobatan ini bisa dibantu, keluarga klien tampak membesuk klien.
4. Spiritual
Klien merasa sedih tidak bisa melakukan kegiatan ibadah seperti biasanya, klien/keluarga mengatakan hanya bisa memohon kesembuhan dari yang maha kuasa, klien tampak berzikir.
h. Data Penunjang
Hasil Laboratorium
Tanggal 27-07-2007
Hematologi :
· Hemoglobin : 13,7 g/dl (N P : 12 – 16 g/dl)
· Hemotokrit : 41 Vol% (N P : 37 – 43 Vol%)
· Leukosit : 1900 (N 5000 – 10.000/mm3)
· LED : 5 mm/jam (N P : < 15 mm/jam)
· Trombosit : 110.000 (N 200.000 – 500.000/mm3)
· Hitung Jenis
Basofil : 0 (N: 0 – 1 %) Eosinofil : 0 (N: 1 – 3 %)
Batang : 2 (N: 2 – 6 %) Segmen : 81 (N: 50 – 70 %)
Limfosit : 15 (N: 20 – 40 %) Monosit : 2 (N: 2 – 8 %)
Urinalisa
· Sel epitel : +
· Leukosit : 20 – 25 (N: 0 – 5 /LPB)
· Eritrosit : 10 – 15 (N: 0 – 1 /LPB)
· Silinder : 1 – 2 (N : - )
· Kristal : 0 – 1 (N: - )
· Protein : + (N: - )
· Glukose : - (N: - )
Tanggal 28-07-2007
Kimia Klinik :
· BSS : 156 mg/dl
· Uric acid : 9,1 mg/dl (N P : 2,6 – 6,0)
· Ureum : 53 mg/dl (N 15 – 39)
· Creatinin : 1,6 mg/dl (N P : 0,6 – 1,0)
· Protein total : 5,6 g/dl (N 6,0 – 7,8 g/dl)
· Albumin : 2,6 g/dl (N 3,5 – 5,0 g/dl)
· Globulin : 3,0 g/dl
· SGOT : 70 u/l (N < 40)
· SGPT : 50 u/l ( N < 41)
· Natrium : 130 mmol/l (N 135 – 155)
· Kalium : 4,4 mmol/l (N 3,5 – 5,5)
Urinalisa :
· Sel epitel : +
· Leukosit : 20-25 (N 0,5/LPB)
· Eritrosit : 10 – 15 (N 0 – 1/LPB)
· Silinder : 1 – 2 (Negatif)
· Kristal : 0 – 1 (Negatif)
· Protein : + (Negatif)
· Glucose : - (Negatif)
Hematologi :
· Hemoglobin : 13,4 g/dl (N P : 12 – 16 g/dl)
· Hemotokrit : 39 Vol% (N P : 37 – 43 Vol%)
· Leukosit : 2500 (N 5000 – 10.000/mm3)
· LED : 31 mm/jam (N P : < 15 mm/jam)
· Trombosit : 197.000 (N 200.000 – 500.000/mm3)
· Hitung Jenis
Basofil : 0 (N: 0 – 1 %)
Eosinofil : 2 (N: 1 – 3 %)
Batang : 1 (N: 2 – 6 %)
Segmen : 21 (N: 50 – 70 %)
Limfosit : 13 (N: 20 – 40 %)
Monosit : 3 (N: 2 – 8 %)
Tanggal 29-07-2007
Kimia Klinik :
· Ureum : 126 mg/dl (N 15 – 39)
· Creatinin : 1,3 mg/dl (N P : 0,6 – 1,0)
· Protein total : 7,2 g/dl (N 6,0 – 7,8 g/dl)
· Albumin : 1,0 g/dl (N 3,5 – 5,0 g/dl)
· Globulin : 4,2 g/dl
· CK-NAK : 111 (N: 70 u/l)
· CK MB : 100 (N: < 16 u/l)
· Natrium : 135 mmol/l (N 135 – 155)
· Kalium : 4,6 mmol/l (N 3,5 – 5,5)
Urinalisa :
· Sel epitel : +
· Leukosit : 2 - 3 (N 0,5/LPB)
· Eritrosit : 4 - 5 (N 0 – 1/LPB)
· Silinder : - (Negatif)
· Kristal : - (Negatif)
· Protein : + (Negatif)
· Glucose : - (Negatif)
Hematologi :
· Hemoglobin : 11,9 g/dl (N P : 12 – 16 g/dl)
· Hemotokrit : 36 Vol% (N P : 37 – 43 Vol%)
· Leukosit : 6300 (N 5000 – 10.000/mm3)
· LED : 23 mm/jam (N P : < 15 mm/jam)
· Trombosit : 231.000 (N 200.000 – 500.000/mm3)
· Hitung Jenis
Basofil : 0 (N: 0 – 1 %)
Eosinofil : 2 (N: 1 – 3 %)
Batang : 1 (N: 2 – 6 %)
Segmen : 87 (N: 50 – 70 %)
Limfosit : 6 (N: 20 – 40 %)
Monosit : 4 (N: 2 – 8 %)
Tanggal 30-7-2007
Kimia Klinik :
· Ureum : 133 mg/dl (N 15 – 39)
· Creatinin : 1,7 mg/dl (N P : 0,6 – 1,0)
· Protein total : 7,7 g/dl (N 6,0 – 7,8 g/dl)
· Albumin : 2,7 g/dl (N 3,5 – 5,0 g/dl)
· Globulin : 5 g/dl
· CK-NAK : 105 (N: 70 u/l)
· CK MB : 146 (N: < 25 u/l)
· Natrium : 138 mmol/l (N 135 – 155)
· Kalium : 4,5 mmol/l (N 3,5 – 5,5)
Therapi yang diberikan tanggal 28-7-2007 :
C Chloramphericol zalep 2 kali sehari
C Cendolyteers tiap jam 1 tetes (mata kanan dan kiri)
C Kompres NaCl pada daerah luka, 3 x/hari (P, S, M) tiap 5 menit selama 30 menit.
C IVFD RL : NS : D5% (1 : 1 : 1) gtt xx/mnt
C Dexamethasone 2 x 5 mg
C Ranitidine 2 x 50 mg
C Intertiistin 2 x 50 mg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar